Ilmuwan Non Muslim ini Mengatakan Bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah Tokoh Anti-Rasisme Pertama di Dunia

“Saya pribadi bukanlah seorang Muslim tetapi saya harus mengatakan bahwa saya benar-benar terinspirasi dengan anti-rasisme yang dilakukan Nabi Muhammad ﷺ. Sebab beliau menunjukkan bahwa seseorang itu dilihat bukan dari rasnya, tetapi melainkan kualitas karakter dan perilakunya.” [Dr. Craig Considine, ilmuwan dari Departemen Sosiologi, Rice University, Texas-Amerika Serikat] Sumber: Emir Stein Center

Islam, Solusi Untuk Rasisme di Amerika Serikat

Malcolm X dikenang sebagai seorang tokoh kulit hitam Amerika Serikat (AS). Namanya kerap disejajarkan dengan para legenda perjuangan hak-hak sipil sebelum dan sezamannya, semisal Ella Baker, Marthin Luther King Jr, atau Frederick Douglass. Tokoh yang lahir di Nebraska pada 19 Mei 1925 itu juga masyhur sebagai seorang Muslim Amerika yang bangga akan agamanya. Sejak memeluk Islam serta menunaikan haji, dia mengganti namanya menjadi El Hajj Malik el-Shabazz. Malcolm X merupakan orang Afro-Amerika yang sepanjang hayatnya berjuang untuk kesetaraan hak rasial. Dia lahir dengan nama Malcolm Little. Anak ketujuh dari 11 bersaudara ini tumbuh di lingkungan kelas bawah yang menderita akibat rasisme. Sejak naik haji, tokoh pejuang HAM dan anti-rasis itu mengalami banyak perubahan. Misalnya, dari caranya melihat orang-orang elite kulit putih. Ketika beribadah haji di Tanah Suci, dia merasa terpukau. Malcolm menjumpai banyak orang kulit putih yang ramah terhadapnya. Orang-orang itu memandangnya sebagai sesama manusia. Muncul kesadaran yang teguh dalam diri Malcolm, bahwa Allah menciptakan perbedaan rasial semata-mata agar manusia saling mengenal. Dia pun membacanya di dalam Alquran. Dia lantas menyimpulkan adanya kesadaran ini juga dari dialognya dengan para tokoh negara-negara Afrika. [Sumber: Malcolm X Files, Republika]

Kisah Hidup Buya Hamka yang Menjadi Inspirasi Bagi Generasi Muda

“Buya Hamka atau Haji Abdul Malik Karim Amrullah” Sosok Inspirasi bagi yang muda. Lahir pada 17 Februari 1908 di Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia adalah salah seorang Ulama besar di Indonesia pada masanya. Tak hanya dikenal sebagai Ulama, beliau juga merupakan seorang sejarawan, sastrawan, penulis, juga politikus yang sangat dihormati. Berbagai macam bidang ia kuasai sehingga ia dikenal sebagai Ulama Multitalenta. Kepiawaian Buya Hamka seturut dengan ayahandanya, Syekh Abdul Karim Amrullah. Ayah beliau merupakan pendiri dan sekaligus guru Ponpes Sumatera Thawalib Padang Panjang. Di Sumatera Thawalib beliau belajar dengan guru2 hebat di masanya. Salah satunya yaitu Syeikh Ibrahim Musa yang pernah belajar di Masjidil Haram bersama Syekh Ahmad Chatib Ulama kharismatik berdarah Minang juga. Perjalanan hidupnya yang penuh dengan lika liku termasuk berbagai macam fitnah dan cacian yang tertuju pada dirinya tak buatnya menjadi pribadi yang pendendam. Ia tetap sebagai Buya Hamka sebagai mana aslinya yang selalu tersenyum, penyabar, dan teduh. Meskipun telah lama tiada, namun kisah hidup serta pemikirannya masih tetap hidup dan layak di baca oleh mereka yang muda. Terutama karya-karya nya dalam bentuk buku seperti “Tenggelamnya kapal Van der wijck”, Tasawuf Modern, 4 Bulan di Amerika, dan masih banyak yang lainnya yang patut dibaca oleh generasi Millenial. Untuk itulah, Osmanli mencoba berbagi kisah singkat perjalanan hidup beliau sebagaimana cuplikan video diatas, agar generasi ini tak lupa akan salah seorang yang pernah berjuang dan menuangkan pemikiran-pemikirannya untuk kemajuan Bangsa Ini.

Erdogan Melenyapkan Fahaman Sekular Dengan Penuh Hikmah

Kalimat tersebut mungkin tak terlalu berlebihan ketika pada Jum’at 28/05/21 yang lalu, Pemerintah Turki dibawah pimpinan Presiden Erdoğan menegaskan kedudukan Islam dalam pemerintahannya. Hal ini terlihat ketika beliau bersama staff pemerintahannya meresmikan Masjid Taksim yang notabene berada kawasan alun-alun Taksim yang dianggap secara sebagai simbol sekularisme Turki. Di mana disana terdapat berbagai Gereja Ortodoks, monumen Mustafa Kemal yang dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan Turki 19 Mei 1919 M, serta beberapa tempat kebudayaan era rezim sekuler Turki. Tidak berhenti sampai disitu, di hari yang sama pula presiden Erdoğan menghadiri dan membuka secara langsung acara wisuda dan penghormatan 136 Hafiz Qur’an dari Madrasah Imam Hatip yang berlangsung secara khidmat di Masjid AyaSofya Camii Istanbul, Turki. Bahkan dalam acara tersebut turut pula cucu-cucu presiden Erdogan yang menjadi bagian dari 136 siswa yang berprestasi tersebut. Sumber : Ülke TV, TRT World, Anadolu agency, HaberTürk, CNN Türk, Anadolu Agency.

Pelajar Muslimah Amerika Dapat Ancaman Islamophobia

Hanya karena dia bersuara tentang ketidakadilan yang diterima oleh saudara/i-nya di Palestina dan Uyghur baru-baru ini, seorang pelajar Muslimah Keturunan Pakistan mendapat tindakan rasis dan ancaman Islamophobia dari para teman seangkatannya dan orang tua mereka yang turut menghadiri acara kelulusan salah satu Sekolah Menengah Atas di New York, USA pada selasa, 22/06/2021 lalu. Padahal dalam acara kelulusan tersebut pihak sekolah telah meminta para siswa yang baru saja lulus untuk mengemukakan pandangan mereka tentang kondisi sosial dan politik internasional namun ketika salah satu bersuara soal pembersihan etnis Palestina dan Muslim Uyghur mereka menutup hati. Sumber : East Williston School, TRT World, Ajplus. Credit @osmanlimedia | Media Informasi dan Sejarah Peradaban Islam.

Science in a Golden Age – Chemistry: The Search for the Philosopher’s Stone

The chemical industry has reshaped the modern world – giving us new fuels, drugs and materials. But the methodology and principles of chemistry go back over a thousand years. Between the 9th and 14th centuries, there was a Golden Age of Science when scholars from the Islamic world, like Jabir Ibn Hayyan and Al-Razi, introduced a rigorous experimental approach that laid the foundations for the modern scientific method. In this episode of Science in a Golden Age, theoretical physicist Jim al-Khalili leads us on an exploration of just how these scientists began the process of transforming the superstition of alchemy into the science of chemistry. He begins by unpicking the medieval obsession with alchemy – the effort to turn common, less valuable metals into gold. He looks into the work of Jabir Ibn Hayyan, a polymath who grew up in modern-day Iran and who is credited with applying an experimental-based approach to early chemistry. Through his determined efforts to dissolve and transform metals, Ibn Hayyan learnt much about acids. Together with Professor Hal Sosabowski from the University of Brighton, Jim looks at the reaction of gold with aqua regia – a powerful combination of acids that Ibn Hayyan discovered. Following on from Ibn Hayyan’s work, chemists like Al-Kindi and Al-Razi furthered the development of scientific practice, basing their work on careful experiments and observations. Their obsession with accuracy was what qualified them as being amongst the first true scientists. Jim shows us the ‘Mizan Al-Hikma’, an intricate set of scales built by a scholar by the name of Al-Khazani in the 12th century. What set this piece of equipment apart was not just the beauty of the craftsmanship, but the exacting precision it delivered. The chemical processes developed by the Islamic scientists were motivated by numerous factors – one of which was the requirements of Islam itself – for example, the washing of the hands, face and feet before prayer. This requirement for cleanliness quickly led to the development of whole industries – like the production of soap. The first solid bars of soap were manufactured in the Islamic world and Jim looks at how alkalis helped develop the soap industries of the Golden Age. From Jabir Ibn Hayyan to Al-Kindi to Al-Razi, this episode covers the works of some of most prolific and influential chemists of the Golden Age and tells the story of how the evolution of modern chemistry began. – Subscribe to our channel: http://bit.ly/AJSubscribe – Follow us on Twitter: https://twitter.com/AJEnglish – Find us on Facebook: https://www.facebook.com/aljazeera – Check our website: http://www.aljazeera.com/

Jabir bin Hayyan- The Mystic who created Chemistry

Safiyyah Sabreen Syeed

17.2K

Jabir bin Hayyan is one of the most intriguing figures in the history of science. Why? Because not only is he the pioneer of the experimental approach to science, but he is also the Father of Chemistry. Moreover, there is another dimension to his personality that is even more fascinating. He is a mystic and the student of Imam Jafar Sadiq (rh)- the great great grandson of the Prophet Muhammad (saw). This is a prologue to our upcoming episode on Transhumanism and Artificial Intelligence. Now what has Jabir bin Hayyan got to do with these ? Well, for that you will have to watch the the episode Insha Allah. This series of episodes are produced by 1971 Media. Subscribe to their channel: https://www.youtube.com/channel/UCZ2V…#secondgoldenage#projectequidistance The Second Golden Age is a series of videos , articles and courses dedicated to understanding the role of the Quran in the building of Modern Science. Please support our Launchgood crowdfunding campaign: https://www.launchgood.com/project/se…

Israel mengajari anak-anak mereka agar benci pada Arab Palestina

Terkadang sebetulnya osmanli sedikit iri pada Zionist Israel (dalam hal positif). Apa itu? Coba lihat sejak dibangku sekolah dasar anak-anak Yahudi itu telah diajar untuk berani bermimpi besar dan ditanamkan atau ditekankan akan sebuah visi/mimpi besar bangsa mereka kelak mendirikan Israel Raya yang terbentang luas dari Eufrat – Nil serta Bait Suci Nabi Sulaiman alaihissalam (walaupun itu sekedar omong kosong belaka (Bullshit) tapi setidaknya mereka cukup berhasil menyatukan visi generasi mereka. Dan cara mereka menyiapkan visi mereka tersebut sangat2 sistematis. Kita bisa lihat bagaimana dalam 1-2 tahun hingga 1 dekade hingga 1 Abad kedepannya mereka telah siapkan semuanya dengan baik sebagaimana founding father mereka Thodor Herzl dengan cita-citanya mendirikan negara Yahudi 100 tahun + yang lalu dan terwujud hampir setengah abad sepeninggalnya….Herzl memimpikan dirinya sebagai seorang “Pemimpi” sewaktu berjuang dalam mendirikan negara bagi Yahudi. “Tentu ini adalah cerita hayal atau mimpi di tengah siang bolong, tapi cerita ini suatu saat akan jadi kenyataan 50 tahun kedepan, kalau tidak 100 tahun kedepan, kalau pun tidak paling tidak kenyataan itu dapat menjadi cerita”. Ujarnya dalam Otobiografi yang ditulisnya sendiri dikutip dari Hrtzber “The Zionis” halaman 203-204. Dan benar saja walau dengan klaim sepihak dan cara menjijikkan mereka berkuasa sekarang diatas tanah Palestina. Dengan perlindungan Allah kita memang masih bisa melihat Masjid Al Aqsha maupun sebagian saudara kita (Palestinian) masih berdiri tegak disana. Namun jujur saja mereka telah jauh unggul dari kita dalam berbagai aspek penting kehidupan dunia. Bahkan kitapula harus sadar atau tidak harus main dalam gameplay mereka. Apa yang mereka lakukan dalam 1 Abad terkahir sangat begitu kontras dengan kita, dengan bagiamana kita mendidik anak-anak, generasi bangsa juga Islam. Bung Karno pernah mengatakan “Gantungkan Cita-cita kalian setinggi langit” namun kebanyakan orang tua sekarang mendoktrin anak mereka dengan “Gantungkan cita-cita kalian setinggi ASN/PNS” ya realitanya begitu kita didoktrin agar hanya cukup sekedar mencari cara bertahan hidup untuk diri dan keluarga. Padahal kalo memang kita berani bermimpi lebih atau explore batasan kita, break your limits, Oke kita manusia ada batasan. Tapi batasan kita itu bukan menjadi sekedar ASN kan? Sebetulnya its okey atau gak masalah kalau kita memang ingin jadi Dokter, police, Tentara, ASN atau apapun itu. Tapi setidaknya coba lah sekali-kali kita tanamkan sebuah visi besar pada anak-anak atau generasi kita. Andai mereka tak capaipun tak jadi problem yang penting merka telah berusaha dan mencoba untuk lebih explore kemampuan mereka. Kalau kita hanya sekedar menggantungkan cita-cita anak-anak kita setengah-setengah atau tidak mencoba menyamakan visi layaknya yang mereka lakukan yaa akan selamanya kita akan jadi budak sistem Zionist, akan selamanya kita berada dibawah bayang-bayang mereka dan selamanya kita akan lihat saudara/i kita ditindas dan dizalimi. Sumber video : soap box stand. Credit @osmanlimedia | Media Informasi dan Sejarah Peradaban Islam.

Paderi Amerika Mengakui Palestin Milik Umat Islam

Siapa yang sebenarnya berhak tinggal dan memiliki tanah Palestina ? Rick Wiles seorang pastor senior asal Amerika Serikat sekaligus founder Perusahaan Media “Trunews” mengungkap fakta bahwa Bangsa Filistin/Palestina adalah pemilik sah “The Holy Land” tanah suci Al Quds sebagai mana yang tertera dalam Alkitab perjanjian lama 1905 miliknya. “Tahukah Anda siapa yang mulanya tinggal di Palestina? / Orang Palestina yang terdiri dari Muslim, Kristen, dan Yahudi. Mereka semua orang Palestina. Jadi artinya Israel bukanlah negara politik, Israel selalu diartikan “Hamba Tuhan”. Dengan begitu Orang Yahudi [pendatang] lah yang mencoba mengusir orang Palestina bukan malah sebaliknya”. Sekilas perkataan Rick Wiles dalam cuplikan video diatas. Sumber : “Trunews Palestine” Bible Study with RK Brown. Credit by @osmanlimedia | Media Informasi dan Sejarah Peradaban Islam.

Design a site like this with WordPress.com
Mulakan